top of page

Berbagi dengan Mereka

Disaat aku melihat mereka, aku merasa cukup. Hati nurani ini akan selalu hadir sebagai pengingat kita saat lalai, bahwa hanya dengan mempedulikan orang lain, kita bisa menjadi manusia. Bumi bukan hak milik satu orang, bukan hak milik semua manusia, tapi milik semua mahluk. Rasa kemanusiaan kita, menuntut untuk mengembalikan hak-hak tersebut.


Ini Mak Sum aku panggil dia. Sosoknya sebagai pemungut sampah di komplekku, begitu menyorot perhatianku. Dia hidup sebatang kara, entah kemana keluarganya. Kehidupannya sangat miris dimataku. Dia hanya mengandalkan pekerjaannya sebagai tukang sampah. Yang aku dengar, penghasilannya sekitar 100 ribu saja perbulan. Ah... kecil sekali...????? Terus, bagaimana dengan kebutuhannya sehari-hari..? cukupkah untuk makan sebulan...??? Tapi yang jelas dia masih bertahan dengan pekerjaannya sampai detik ini. Oh mak Sum, hebat sekali perjuangan hidupmu. Andai saja aku berada ditempatmu, sanggupkah aku? Entah lah.....

Engkau berjalan setiap hari berkeliling untuk memungut sampah-sampah di komplek ini. Begitu banyak sampah yang kau angkut, sampai kau tak perdulikan kesehatanmu.




Disaat mak sum sibuk dengan sampahnya, saat itu gerobak sampahnya berada didepan rumahku. Aku penasaran, seberapa beratnya sampah yang diangkut mak sum. Sampai-sampai aku mencoba untuk membantu mengangkutnya. Dan ternyata, Allahhu Akbar...!!!! beratnya minta ampun. Aku tak sanggup mengangkatnya. Hasrat ingin membantu tapi apa daya tenagaku tak kuat mengangkat gerobak itu.


Ternyata pekerjaannya tak semudah yang aku bayangkan. Pekerjaan itu memang tak mebuhtuhkan pembelajaran di bangku sekolah. Namun pelajaran kehidupan ini sangat dibutuhkan untuk pekerjaan ini. Mental, tantangan, perasaan, perjuangan, tanggungjawab dan pengorbanan semua itu dibutuhkan dalam pekerjaan ini.







Tak hanya Mak sum yang menyorot perhatianku. Disekitarku ternyata banyak anak-anak yang kurang beruntung dalam segi fisik dan mentalnya. Mereka adalah anak-anak yang besekolah di Sekolah Luar Biasa. Mereka memiliki kekurangan fisik atau mental mereka. Dan rata-rata yang aku lihat, mereka anak-anak dari keluarga yang sedikit mampu. Dibandingkan Mak Sum, mereka sangat mampu dalam segi financial. Meraka masih sanggup membeli barang-barang yang mereka butuhkan. Bahkan untuk makan mereka selalu tercukupi. Namun apa yang membuat mereka berbeda? Mereka mempunyai kekurangan dengan fisiknya. Didalam perbedaannya itu, mereka cenderung dikucilkan. Mereka terkadang banyak menerima cibiran dari orang-orang seperti kita yang memiliki fisik sempurna.

Kita memang tak menyadari hal itu. terkadang kita terlalu sombong dan membanggakan apa yang kita punya. Kita tak slalu bersyukur, bahkan seringkali kita merasa kurang. Taukah kita, bahwa nilai terbesar dalam hidup adalah bukan apa yang Kita dapatkan, tapi nilai terbesar dalam hidup adalah kita menjadi apa.

Featured Posts
Recent Posts
Follow Us
  • Facebook App Icon
  • Twitter App Icon
  • Instagram App Icon
  • Google+ App Icon
  • LinkedIn App Icon

© 2015 by Tika IT YOURSELF. Proudly created with Wix.com

Unknown Track - Unknown Artist
00:00 / 00:00
bottom of page