top of page

Iseng di Waduk Bade Boyolali

Petualanganku kali ini berada di Waduk Bade Boyolali. Tanpa sengaja aku mampir di waduk itu selepas perjalananku dari Sragen untuk menghadiri beberapa seminar di beberapa tempat di Sragen. Awalnya aku tak menyangka jika di daerah itu ada sebuah Waduk.


Waktu itu perjalanan pulangku mengambil rute dengan melalui arah Gemolong dan Karanggede untuk sampai ke Salatiga. Karna jalur itu aku anggap lebih dekat daripada kita mengambil jalur Solo Boyolali Ampel. selisih perjalanan sekitar 30 menit lebih cepat. Lumayan kan...?????


Untuk menikmati Waduk ini kita tidak dikenakan biaya Tiket masuk. Karna wilayah ini memang free untuk dinikmati. Namun jangan heran kita hanya dipungut uang parkir Rp 5000,- untuk motor dan Rp. 10.000,- untuk Mobil. Wooww... mahal juga ya. Sama aja boong, free tiket tapi parkirnya mahaaalll.....


Tak Begitu indah memang. Namun lumayan untuk melepas lelah dan menikmati hembusan angin yang semilir.

Sedikit ada rasa kecewa seh, karna tempatnya tidak begitu terawat. sayang sekali

pengelolaannya tidak begitu bagus kebersihannya juga tak terjaga.

Tempat ini juga terlihat untuk wisata pacaran gratis he..he.he... Lihat saja dibelakangku ada beberapa pasangan yang lagi duduk-duduk memadu kasih.


Hanya bisa bengong dan bingung mau ngapain. Yang jelas aku menikmatinya sambil merasakan heningnya waduk Bade. Sebab hari itu memang tak begitu banyak orang yang singgah di waduk itu. Sehingga aku lebih leluasa untuk menikmatinya.


Heran dengan anak yang berada dibelakangku. Entah dari mana datangnya, sampai-sampai aku nggak nyadar jika ada anak kecil ikut nimbrung di belakang. Kok anak kecil ini main sendirian ya??? Kemana ibunya?


Aku memang menyukai anak kecil. Dari situlah aku tak canggung untuk mengajaknya bersendau gurau. Di tengah-tengah kita bercengkrama, aku tanyakan kepada anak kecil itu. Siapa nama, dan kemana orang tuanya? Nama gadis kecil itu Dea. Nama yang bagus. Kata Dea ibunya lagi pergi ke pasar. Dan Dea di sini sedang menunggu ayahnya mencari rumput untuk pakan ternaknya. Wah miris juga ya dengarnya. Tak lama kita ngobrol, datanglah seorang laki-laki dengan memanggul dedaunan dan sedikit rumput berserta arit di tangannya sambil memanggil gadis kecil ini.

" Dea... ayo bali, Bapak wes rampung " ( Dea... ayo pulang, Bapak sudah selesai ) itu yang aku dengar dari laki-laki itu. Oh ternyata dialah Ayah gadis kecil ini.


Selepas Dea pulang dengan ayahnya, aku kembali berjalan-jalan menyusuri sekitar waduk Bade. Tepat dibelakang waduk, ada kebun kecil yang ditanami pohon aneka rupa. Disini aku dapati Pohon sirsak yang masih muda. Wah andai saja pohon ini sudah berbuah mungkin aku bisa memetiknya ya.. hhmmmm....

Dua jam telah berlalu, dan rasa bosan sudah menyelimutiku. Puas sudah menikmati Waduk Bade, akupun berniat untuk melanjutkan perjalananku ke Salatiga. Sambil menuju tempat parkir, aku disuguhi pemandangan baru lagi. Tepat di depan tempat parkir ternyata masih ada jalan untuk menuju waduk ke arah utara. Disana terdapat palang pintu masuk agar tak setiap kendaraan bisa melalui jalan itu. Karna waktuku tidak banyak, aku enggan menyusuri jalan itu. Aku hanya melihat seorang ibu-ibu yang sedang mencari rumput. Aku jadi teringat Dea dan ayahnya. Ternyata di lingkungan waduk masih banyak orang-orang yang mencari rumput untuk pakan ternaknya. Bener-bener suasana pedesaan.

Wah ada peringatan untuk pengunjung. Kira-kira bisa mancing nggak ya???

Oke lah saatnya aku pulang. Semoga jika aku kembali kesini sudah ada perubahan yang lebih bagus.

Featured Posts
Recent Posts
Follow Us
  • Facebook App Icon
  • Twitter App Icon
  • Instagram App Icon
  • Google+ App Icon
  • LinkedIn App Icon

© 2015 by Tika IT YOURSELF. Proudly created with Wix.com

Unknown Track - Unknown Artist
00:00 / 00:00
bottom of page